Menu

Jumat, 27 Maret 2015

Sunan Kudus



Sunan Kudus / Raden Ja'far Sodik
 
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung, Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum
penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsangadipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.

Makam Sunan Kudus terletak di belakang komplek Masjid Agung kudus di dalam kota kudus.seperti makam wali songo yang lainya,makam sunan kudus berada di cangkup di selubungi oleh kelambu tipis berwarna tipis warna putih yang terbuka pada bagian pintu yang berukir.di dlam komplek pemakaman sunan kudus,di luar komplek terdapat makam tokoh yang mansyur pada zaman kejayaan Demak seperti terdapat Reden Kusen dan istri panembahan Palembang panembahan kuleco penembahan condro dan sebagainya.

Seperti sisilah wali songo lainya Sunan Kudus memiliki beberapa fersi yang berbeda satu sama lainya.perbedaan itu terdapat benang merah yang menghubungkan satu silsilah dengan silsilah yang lain menurut versu Cirebon Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung Sunan ngudung sendiri adalah putra dari saudara sultan mesir,adik dari rara dampul,pergi ke negeri Puser Bumi di Cirebon dan bertemu dengan Syarif Hidayat yaitu sepupu mereka yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati Syarif Hidayat menyarankan agar udung peegi ke Ampeldenta berguru pada Sunan Ampel udung pergi ke Ampeldenta dan menjadi murid terkasih Sunan Ampel udung kemudian di nikahkan dengan  cucu Sunan \Ampel yang bernama Syarifah yang di kenal dengan nama Nyai Ageng Manila.
                                  Jejak Sunan Kudus di Menara Kudus
Sementara itu,Menurut "babad tanah jawi" Tokoh Usman Haji di sebut sebagai putra dari Raja Pandhita(Ali Murtadho kakak Sunan Ampel). Usman Haji di tempatkan Sunan Ampel di Jipang Panolan sebagai Imam,bertempat di dusun Ngudung ia bertapa di Gunung Jambangan selama tiga bulan sepuluh hari lalu mendapat Drajat wali dan di sebut Sunan Ngudung. Usman Haji menikah dengan Dewi Sri putri Tumenggung Wilatikta,dari perkawinan itu,lahir Dewi Sujinah dan Amir haji Usman haji juga menikah dengan Siti Syariah cucu Sunan Ampel memiliki seorang putra Amir hasan Usman Haji dengan Siti Syariah tinggal di gunung Manyoran dan di kenal sebagai Sunan Manyoran.
                               Lawang kembar,berada di dalam masjid Al Aqsho
Sementara menurut "Naskah wali sana babadipun Parawali" menuturkan bahwa Raja Pandhita Agung yang bernama Ali Murtala.di angkat menjadi imam di gresik oleh penguasa Surabaya bernama Arya Lembu Sora yang seorang muslim. Raden Ali Murtala atau Raden Santri kakak Raden Rahmat Sunan Ampel dikisahkan menikah dengan putri Aria Teja penguasa Tuban yaitu Dyah Retna Maninjung. Raja Phandita atau Ali Murtala yang juga dikenal dengan sebutan Sunan Gresik, dikisahkan menikah lagi dengan putri Arya Baribin dari Madura yaitu Rara Siti Taltun. Dari pernikahan dengan putri Arya Baribin ini lahir Usman Haji.
 
               Makam Ki Ageng Pengging

Menurut Babad Tjirebon, Raja Phandita oleh Raja Majapahit dinikahkan dengan putri Arya Ringin dari Madura. Dari pernikahan itu, Raja Phandita memiliki dua putra dan seorang putri : yang sulung Khalifah Haji Usman, yang kedua Lebe Tuban, dan yang ketiga seorang putri. Haji Usman dinikahkan dengan sepupunya sendiri, putri Sunan Ampel yang bernama Nyai Gedeng Malaka.

Berdasar catatan naskah-naskah historiografi seperti Babad Tanah Djawi Naskah Drajat, Wali Sana Babadipun Parawali, Babad Tjirebon, Sejarah Hidup Wali Songo, dan silsilah Sunan kudus, dapat disimpulkan bahwa tokoh Ja'far Shadiqyang masyhur disebut Sunan Kudus adalah cucu buyut Syaikh ibrahim as-Samarkandi, yang dimakamkan di Gisikharjo, Palang, tuban. Sebab, ayahandanya, Usman haji, adalah putra Raja Phandita di Gresik yang bernama Ali Murthado, kakak Raden Rahmat Sunan Ampel. Atas alasan kerabat Sunan Ampel itulah Usman Haji atau Sunan Ngudung, menurut Hikayat Hasanuddin, diangkat menjadi imam keempat Mesjid Demak dengan gelar Penghulu Rahmatullah di Undung. Masih menurut hikayat Hasanuddin, Sunan Kudus sebagai putra Penghulu Rahmatullah di Ngudung, diangkat menjadi imam kelima Masjid Agung Demak.

Dibanding para wali penyebar Islam lain, kisah Sunan Kudus menuntut ilmu tidak cukup banyak ditulis oleh sumber historiografi lokal. Raden ja'far Shadiq dalam cerita tutur dikisahkan belajar ilmu agama kepada ayahnya sendiri, yaitu Raden Usman Haji atau Sunan Ngudung.
                           Makam minak koncar di lumajang
Selain berguru kepada ayahandanya, Raden Ja'far Shadiq juga dituturkan berguru kepada seorang ulama bernama Kyai Telingsing. Menurut cerita, kyai Telingsing adalah seorang Cina muslim yang bernama asli The Ling Sing. Kedatangannya ke Pulau Jawa dikaitkan dengan kunjungan laksamana Cheng Ho. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Pulau Jawa, selain untuk mengadakan tali persahabatan juga menyebbarkan agama Islam melalui anak buahnya yang ditinggalkan di sejumlah daerah.

Sebagaimana pendekatan dakwah yang di lakukan para wali penyeber islam pada ahir abad ke 15 dan awal abad ke 16,yaitu menggunakan pendekatan sesuai firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:"Hendaknya engkau mengajak orang ke jalan allah dengan hikmah,dengan peringatan yang ramah-tamah serta bertukat fikiran dengan mereka melalui cara yang sebaik-baiknya".Dengan kebujaksanaan dakwah itu,sebagaimana wali songo lainya,Reden Jafar Sidiq berusaha mendekati masyarakat untuk memahami apa yang di harapkan masyarakat.dan dalam hal dakwah langsung ke tengah masyarakat,jafar Sidiq banyak menggunakan jalur seni dan budaya beserta teknologi terapan yang bersifat tepat guna,yang di butuhkan masyarakat.

Usaha sunan kudus menyempurnakan alat pertukangan yang berhubungan dengan perbaikan teknik membuat keris pusaka,kerajinan emas, pande besi,tampaknya memberikan pengaruh dalam arsitektur yang berkembang di tengah masyarakat kudus dan sekitarnya. Bangunan rumah kudus yang sampai sekarang di anggap sebagai bangunan khas kudus, tampaknya arsitekturnya berkembang pada zaman sunan Kudus karena relief-relief yang terdapat pada candi-candi di jawa tengah tidak satupun yang menunjukan arsitektur sama dengan bangunan rumah Kudus. 

Bangunan rumah kudus dan lawang kembar masjid kudus menunjukan kompromi arsitektur islam dengan arsitektur setempat yang berciri Hindu, perpaduan unsur islam dengan lokal yang dilakukan Sunan Kudus tampak juga legenda yang mengaitkan tokoh sunan kudus dengan pelarangan masyarakat untuk menyembelih dan memakan daging sapi,hewan yang di muliakan dan dihormati orang-orang yang beragama Hindu. 

Ada kisah yang menuturkan bahwa suatu saat Sunan Kudus dalam perjalanan tersesat di daerah lembah berhutan-hutan yang kehilangan jalan, setelah berputar-putar sampai sore, Sunan Kudus mendengar suara genta yang ternyata berasal dari sekawanan sapi sedang berjalan. Sunan Kudus lalu mengikuti sapi-sapi tersebut berjalan sampai ke sebuah desa, oleh karena merasa berhutang budi kepada sapi-sapi itu, Sunan Kudus lalu mewanti-wanti penduduk untuk tidak memakan daging sapi, bahkan saat Idul Qurban pun di kisahkan yang di sembelih Sunan Kudus bukan sapi, melainkan kerbau. 

Demikianlah hingga saat sekarang ini di daerah kudus tidak di temukan penduduk yang menjual makanan terbuat dari daging sapi, dengan alasan tidak berani melanggar larangan Sunan Kudus.
Sebagai salah satu seorang tokoh wali songo Sunan Kudus selalu di kaitkan dengan tiga peristiwa besar yaitu pertama: bertempur melawan sisa kekuatan majapahit di kediri dalam rangka menerukan tugas ayahandanya yang gagal dalam pertempuran menaklukan sisa-sisa kerajaan majapahit di wirasaba.
                                  Menara Kudus dan Masjid Al Aqsha
Kedua: Menumpas gerakan ki ageng pengging beserta gurunya Syaikh siti jenar yang di anggap makar oleh sultan Demak.ketiga: keterlibatan sunan Kudus dalam mengatur suksesi tahta demak pascawafatnya sultan trenggana,di mana sunan Kudus di kisahkan memihak seorang muridnya yang setia,arya panangsang,adipati jipang panolan. 
Sepeninggal sunan Ngudung,kedudukan sebagai imam masjid di gantikan oleh Sunan Kudus.inilah yang kemudian menggantikan kedudukan ayah handanya sebagai pemimpin barisan santri dan di beri sunan Giri sebuah pusaka golok Bertuah,yang paling Dasyat arya damar memberi sebuah Peti,yang jika di buka tutupnya akan menimbulkan hujan dan angin serta memunculkan pasukan siluman yang akan mengusir Musuh.menurut "serat khandaning ringgit purwa dan babad tanah jawi" menuturkan,bagaimana dalam serangan ke tiga ke majapahit, sunan Kudus ynag memimpin pertempuran melawan pasukan majapahit dengan pasaka-pusaka termansyur itu membuat kecut hati pasukan Majapahit,adi pati terung di beri tahu bahwa yang memimpin pasukan santri adalah sunan Kudus,yang tidak lain adalah menantunya sendiri,dan juga mendengan bahwa sunan Kudus telah di bekali peti pusaka dari aryo Damar.membuat penguasa terung itu tidak ikut dalam pasukan majapahit.begitula cerita menurut sumber-sumber kitab kuno menuturkan perjalanan sunan kudus.dan masih banyak lagi naskan yang belum penulis tulis di sini,ini hanya sebagian singkat saja.

Gelar sunan Kudus sendiri baru di sandangya Raden jafar sidiq setelah ia tinggal menetap di kudus.kiranya,setelah tinggal di kudus dan mendirikan Masjid Agung kudus,gerkan dakwah yang dilakukan sunan Kudus semakin berkembang di tengah masyarakat,karena tidak lagi di sibukan dengan pemerintahan.bahkan munculya berbagai cerita legenda yang di hubungkan dengan kekeramatan sunan Kudus,berlangsung sewaktu putra Sunan Ngudung di kudus saat usia lanjut sampai ahir hayatnya.

Tidak ada komentar :