Sunan Gunung
Jati ( Fatahilah /
Fattahillah / Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati
|
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Gunung Sembung yang masuk Desa Astana,
kecamatan Cirebon Utara, kabupaten Cirebon. Seperti makam Wali Songo yang lain,
makam Sunan Gunung jati berada di dalam cungkup berdampingan dengan makam
Fatahillah, Syarifah Muda'im, Nyi Gedeng Sembung, Nyi Mas Tepasari, Pangeran
Dipati Carbon I, Pangeran Jayalelana, Pangeran Pasarean, Ratu Mas Nyawa, dan
Pangeran Sedeng Lemper. Di sebelah luar cungkup, terdapat dua makam tokoh yang dekat dengan Sunan Gunung jati, yaitu makam Pangeran Cakrabuwana dan Nyi Ong Tien, mertua dan istri Sunan Gunung Jati.
Pangeran Sedeng Lemper. Di sebelah luar cungkup, terdapat dua makam tokoh yang dekat dengan Sunan Gunung jati, yaitu makam Pangeran Cakrabuwana dan Nyi Ong Tien, mertua dan istri Sunan Gunung Jati.
Berbeda
dengan makam-makam keramat Wali Songo yang lain, makam Sunan Gunung Jati tidak
bisa diziarahi langsung oleh peziarah, karena areanya terletak tingkat sembilan
yang masing-masing tingkat dihubungkan oleh sembilan pintu gerbang. Kesembilan
pintu gerbang itu memiliki nama berbeda satu sama lain, seperti pintu Gapura,
pintu Krapyak, pintu Pasujudan, pintu Ratnakomala, pintu jinem, pintu Rararoga,
pintu Kaca, pintu Bacem, dan terakhir pintu Teratai yaitu pintu untuk ke area makam
Sunan Gunung Jati. Para peziarah hanya diperbolehkan ziarah sampai ke pintu
ketiga yang disebut pintu Pasujudan atau Sela Matangkep.
Menurut
Naskah Mertasinga Syarif Hidayatullah yang kelak termasyhur dengan sebutan
Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di negara Bani Israil,
hasil pernikahan dengan Nyi Rara Santang. sultan Hud adalah putra Raja Odhara,
Raja Mesir. Raja Odhara putra Jumadil Kabir, raja besar di negeri Quswa.
Jumadil Kabir putra Zainal Kabir. Zainal kabir putra Zainal Abidin. Zainal
Abidin putra Husein, yaitu putra Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fatimah binti
Nabi Muhammad Saw.
|
Komplek Makam Sunan Gunung Jati
|
Menurut
naskah Carita Purwaka Caruban, ayahanda Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud
yang bernama Syarif abdullah putra Ali Nurul Alim dari Bani Hasyim keturunan
Bani Ismail, yang berkuasa di Ismailiyah di negeri Mesir yang wilayahnya
mencapai Palestina kediaman Bani israil. Tentang pernikahan Syarif Abdullah
dengan Nyai Rara Santang yang kemudian berganti nama menjadi Syarifah Muda'im
hingga kelahiran Syarif Hidayatullah, dipaparkan dalam Carita Purwaka Caruban
Nagari sebagai berikut :
Ing waluwarnawaika ta nyai Lara Santang sinomah de ning Maolana Sultan Mahmud kang sinebut yugang sarip Abdullah anakira Ali nurul Alim saking Hasyim wangsanira/ witan ika sakeng Banisma'il ika/ ikang rumuhun amagehi Isma'ilya kithanira kang yugang amagehi Banisra'il kang haneng Pilistin mandalanya kawilang kakawasanira dan seterusnya...
Naskah Nagarakrethabumi yang menjadi rujukan Serat Purwaka Caruban Nagari tak berbeda menuturkan bahwa Syarif Hidayatullah yang masyhur dengan sebutan Sunan Gunung Jati asal orang tuanya dari daerah Mesir, tepatnya di Ismailiyah yang berkuasa atas Bani Israil di Palestina. Yang menarik, adik Raja Mesir yang menjadi mahapatih bernama Unkajutra, nama yang sama sekali bukan Arab tetapi lebih dekat dengan nama Yahudi dari Klan Jutra atau Jethro.
Ing waluwarnawaika ta nyai Lara Santang sinomah de ning Maolana Sultan Mahmud kang sinebut yugang sarip Abdullah anakira Ali nurul Alim saking Hasyim wangsanira/ witan ika sakeng Banisma'il ika/ ikang rumuhun amagehi Isma'ilya kithanira kang yugang amagehi Banisra'il kang haneng Pilistin mandalanya kawilang kakawasanira dan seterusnya...
Naskah Nagarakrethabumi yang menjadi rujukan Serat Purwaka Caruban Nagari tak berbeda menuturkan bahwa Syarif Hidayatullah yang masyhur dengan sebutan Sunan Gunung Jati asal orang tuanya dari daerah Mesir, tepatnya di Ismailiyah yang berkuasa atas Bani Israil di Palestina. Yang menarik, adik Raja Mesir yang menjadi mahapatih bernama Unkajutra, nama yang sama sekali bukan Arab tetapi lebih dekat dengan nama Yahudi dari Klan Jutra atau Jethro.
Kota banten tahun 1724
|
Setelah dua tahun melahirkan Syarif
Hidayatullah, Nyai Lara Santang dikisahkan hamil dan melahirkan lagi seorang
putra yang dinamai Syarif Nurullah. Tidak lama sesudah itu, suaminya, Syarif
Abdullah wafat dan kedudukannya sebagai raja digantikan oleh adiknya,
Ungkajutra yang bergelar Raja Onkah (
sampunya mijil Sarip Hidayat pantara ning rwang warsa tumuli Saripah Mudaim
mijilakna rare kaping ruwang kang ingaranan Sarip Nurullah ta masowe pantara
ning ika sang rama Sarip Abdullah angemsi sakamantiyan ika kaprabun
kinawasakna dheng rayinira yata Sang Mahapatih Ungkajutra lawan winastuwan
ngaran Raja Onkah )
Berdasar
sumber Sajarah wali, Nagarakretabhumi, Serat Purwaka Caruban Nagari, Babad
Tjirebon, Sajarah Banten Rante-rante, Sadjarah Banten diketahui bahwa Syarif
Hidayatullah yang masyhur disebut Sunan Gunung Jati itu leluhurnya berasal dari
Mesir, yaitu keturunan Sultan Hud Raja Bani Israil yang terhitungketurunan Nabi
muhammad Saw. dari galur Zainal Kabir keturunan imam Zainal Abidin bin imam
Husein bin Fatimah binti Muhammad Saw.
Sementara
menurut telah Syed Muhammad Naquib al-Attas ( 2011 ) yang menggunakan sumber
Shajarah Raja-raja Cirebon yang ditemukan sayyid Salim bin ahmad bin Jandan
pada tahun 1933 dari arsip keraton Sultan Cirebon, yang berisi silsilah
Raja-raja Cirebon yang menurut cerita naskahnya diperoleh dari sultan Kasepuhan
Muhammad Shamsuddin, dan telah dibandingkan dengan manuskrip milik kyai
Muhammad Salih Cirebon; Kyai'Abbas Cilideuk, cirebon; Pangeran Ahmad Kubang
Cirebon; Raden Zainal' Ashiqin Cirebon; dan Kyai' Abdul Halim Maja Lingga
Cirebon, didapati bahwa Syarif Hidayat Sunan Gunung Jati galur silsilah
leluhurnya buka, berasal dari Mesir melainkan berasal dari Hadramaut,
yakni dari tokoh keturunan Nabi Muhammad Saw.yang bernama Muhammad Shahib
Marbath. Menurut Sayyid Salim bin Jandan yang telah mengkaji naskah-naskah
Cirebon tersebut diperoleh galur silsilah yang menunjuk bahwa Maulana Sultan
Hidayatullah adalah putra Maulana Amir 'Abdullah putra Maulana Sayyid Nur
al-'Alam bin Maulana Jamaluddin Husayn yang silsilahnya naik keatas sampai
kepada Maulana al-Mu'azzam Muhammad Shahib Marbath.
|
Masjid Agung Banten tahun 1888
|
Kisah
Syarif Hidayat menuntut ilmu diwarnai cerita-cerita absurd yang perlu
penafsiran untuk mengetahui kebenaran historisnya. Di dalam Sajarah Wali,
Syarif Hidayat dikisahkan berguru kepada Syaikh Najmurini Kubro di Mekah,
mengambil tarekat Nakisbandiyah (Naqsyabandiyah), tarekat Istiqoi dan tarekat
Syathari ( Syathariyah ) sampai mencapai makrifat sehingga syarif Hidayat
dianugerahi nama Madzkurallah. Demikianlah kisah Syarif Hidayat berguru kepada
Syaikh Najmurini Kubro yang disampaikan dalam pupuh VI bait 23-26 dalam langgam
Kasmaran (Asmaradhana) sebagaimana berikut :
Yahudi lumuring karsa/ pan mangkana ya sang adi/ sigra kebat lampah ira/ lampahe sampun lestari/ dateng Arab sampun prepti/ lalampahan kalih santun/ nuju angleresi ika/ haji akbar kang winareni/ ya ing Mekah datang ana kang uninga// dan seterusnya...
Yahudi lumuring karsa/ pan mangkana ya sang adi/ sigra kebat lampah ira/ lampahe sampun lestari/ dateng Arab sampun prepti/ lalampahan kalih santun/ nuju angleresi ika/ haji akbar kang winareni/ ya ing Mekah datang ana kang uninga// dan seterusnya...
Setelah
dirasa cukup menimba ilmu, Syarif Hidayat diperintah oleh gurunya, Syaikh
Najmurini Kubro untuk mencari guru yang lain, yaitu kepada guru tarekat
Syadziliyah kepada maulana bernama Syaikh Muhammad Athaillah yang berbangsa
Iskandiyah, yang dipuja-puja oleh kaum beriman. Syarif Hidayat pergi
meninggalkan Mekah menuju Syadzilah di utara, berguru tarekat Syadziliyah
kepada Syaikh Athaillah, sampai memperoleh ilmu dzikir kepada Allah yang disebut
Sigul Hirarya dan Tanarul al- Tarqu. Peristiwa ini dicatat Sajarah Wali pada
pupuh VII bait 1-7 dalam langgam Dangdanggula, sebagai berikut :
Makam syaikh bentong di Lemah abang.Karawang
|
Kang guru langkung percaya neki/
dateng kang murid Madkuralluh/ Santri sing Banisrail/ wis sabadan lan guru/
datan nana tawang tumawang/ kalayan Madkurallah / nulya kang murid matur/ kados
pundi kula eyang/ ing lampah ingkang kula titihi/ kang guru nulya ngendika// dan seterusnya...
Setelah
dinyatakan lulus berguru tarekat Syadziliyah, Syarif Hidayat yang dianugerahi
nama baru Arematullah, diperintah gurunya untuk berguru lagi kepada Syaikh
Datuk Sidiq di negeri Pasai, yaitu guru rohani yang tidak lain adalah ayahanda
Sunan Giri.
( nunten wonten pangandikaning kyahi he Arematullah iku sira/ saiki wis peryogane lungaha maning guru/ nyabranga ing pase negari/ ingkono ana pandhita/ nawa dadi wuwuh wondene namaning pandhita iku Syaikh Muhammad Datuk Sidiq/ ya guru kajatyan// kang iku ramane Sunan Giri kang nama Syaikh Muhammad Sidiqa)
( nunten wonten pangandikaning kyahi he Arematullah iku sira/ saiki wis peryogane lungaha maning guru/ nyabranga ing pase negari/ ingkono ana pandhita/ nawa dadi wuwuh wondene namaning pandhita iku Syaikh Muhammad Datuk Sidiq/ ya guru kajatyan// kang iku ramane Sunan Giri kang nama Syaikh Muhammad Sidiqa)
Kehadiran
Syarif Hidayat ke Pasai disambut gembira Syaikh Datuk Muhammad Sidiq, lalu ia
diajari Tarekat Anfusiyah dan namanya diganti menjadi Abdul Jalil. Syarif
Hidayat meminta penjelasan kepada sang guru tentang menjalani hidup dengan
zuhud, lalu sang guru memberi wejangan bahwa zuhud itu laku untuk sabar tawakal
selamanya kepada Allah, dan senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya yang agung,
tiga perkara yang diajarkan guru itulah, yang menjadikan hidup bermanfaat untuk
seluruh makhluk.
kang guru langkung sukaning ati
kadatengan ing santri punika ning banisrail negarane iku sampun dinapuhin beyat ingkang sajati wong pase datan nana
kang uninga yen iku wong nganom ingkang prapta yen Arematullah wali ingkang
luwih wong pase tan uninga dan seterusnya...
Setelah
di yantakan lulus oleh syaikh Muhammad Sidiq,Syarif Hidayat di perintah oleh
gurunya itu untuk pergi ke tanah jawa,tepatnya di kerawang,menemui seorang wala
syaikh bentong.ketika syarif hidayat minta di wejangi sebagai murid,justru
syaikh bentong yang ingin menjadi murid Syarrif Hidayat lalu Syarif hidayat di
tunjuki guru rohani yang mansyur di sebut syaikh haji jubah,tetapi syaikh haji
jubah juga menolak memberi wejangan Syarif Hidayat. Syaikh Haji Jubah justru
menunjuk ke Kudus tempat Datuk Barul mengajar ilmu rohani.
Syarif Hidayat pergi ke Kudus, ke kediaman Datuk Barul yang terapung di tengah laut. Lalu Syarif Hidayat menyampaikan keinginan uuntuk berbaiat Tarekat Jauziyah Madamakhidir kepada Datuk Barul yang menerimanya dengan suka cita. Setelah berhasil, Syarif Hidayat diganti namanya menjadi Wujudullah.
Setelah
dinyatakan lulus, Syarif Hidayat diminta Datuk Barul untuk pergi ke Ampeldenta,
untuk berguru kepada Sunan Ampel. Di Ampeldenta, Syarif Hidayat diterima Sunan
Ampel dan dipersaudarakan dengan Sunan Bonang, Sunan Giri, serta Sunan
Kalijaga. Setelah mendapat wejangan dari Sunan Ampel, Syarif Hidayat kemudian
ditetapkan sebagai guru di Gunung Jati.
Usaha
dakwah yang dilakukan Syarif Hidayat sesuai tugasnya sebagai guru agama Islam,
yang kemudian menjadi anggota wali mula-mula dilakukan du Gunung Sembung dengan
memakai nama Sayyid Kamil. Atas bantuan Haji Abdullah Iman alias Pangeran
Cakrabuwana, Kuwu Caruban, Syarif Hidayat membuka pondok dan mengajarkan agama
Islam kepada penduduk sekitar dan namanya disebut Maulana Jati atau Syaikh
Jati. Tidak lama kemudian, datanglah Ki Dipati keling beserta sembilan puluh
delapan orang pengiringnya, menjadi pengikut Syarif Hidayat.
Masjid merah.peninggalan Pangeran Panjunan
|
Salah
satu strategi dakwah yang dilakukan syarif Hidayat dalam memperkuat kedudukan,
sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon adalah
melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah di contohkan Nabi Muhammad Saw.
dan para sahabat. Serat purwaka Caruban Nagari, Babad Tjirebon, Nagarakretabhumi,
Sadjarah Banten, dan Babad Tanah sunda mencatat bahwa Syarif hidayat Susuhunan
Gunung Jati menikahi tidak kurang dari enam orang perempuan sebagai istri.
Dikisahkan Syarif Hidayat menikah untuk kali pertama dengan Nyai Babadan putri
Ki Gedeng Babadan, yang membuat pengaruhnya meluas dari Gunung Sembung hingga
wilayah Babadann. Namun, sebelum dikaruniai putra, Nyai Babadan dikisahkan
meninggal dunia.
Carita
Purwaka Caruban Nagari menuturkan bahwa atas perkenan Pangeran Cakrabuwana,
Syarif Hidayat dikisahkan diangkat menjadi tumenggung di Cirebon dengan gelar
susuhunan Jati, yang wilayah kekuasaannya meliputi pesisir sunda dan menjadi
panetep panatagama ( pemimpin yang mengatur keagamaan ) di bumi Sunda yang
berkedudukan di Cirebon, menggantikan Syaikh Nurul Jati yang sudah wafat.
Syarif Hidayat Susuhunan Jati tinggal di Kedhaton Pakungwati bersama Pangeran
Cakrabuwana sebagai pelindungnya.
Lukisan prabu Siliwangi
|
Wilayah
Cirebon semula adalah bawahan kerajaan pakuan Pajajaran, yang berkewajiban
membayar upeti tahunan berupa terasi dan garam. Namun, sejak Syarif Hidayat
menjadi Tumenggung Cirebon, ia menolak untuk membayar upeti kepada penguasa
Pakuan Pajajaran. Tindakan itu diikuti para gede, penguasa daerah. Akibat
penolakan membayar upeti itu, Prabu Siliwangi mengutus tumenggung Jagabaya
beserta enam puluh orang prajurit untuk datang ke Cirebon, menanyakan masalah
penolakan membayar upeti tersebut. Namun, Tumenggung Jagabaya dan pasukannya
tidak berani berperang melawan Susuhunan Jati, malahan memeluk Islam dan tidak
kembali ke Pakuan Pajajaran. mereka menjadi pengikut Susuhunan Jati. Tidak lama
kemudian tersiar kabar bahwa Prabu Siliwangi mangkat. Seluruh raja bawahan di
segenap penjuru negeri menangis sedih atas mangkatnya Sri Prabu Siliwangi yang
mereka cintai.
Kisah dakwah islam yang di lakukan sunan
gunung jati,selain di tandai dengan kisah pernikaha pencarian ilmu dan peperangan-peperangan
juga di tandai penggalangan kekuatan para tokoh yang di kenal memiliki
kesaktian dan kekuatan politik serta kekuatan senjata.Di antara tokoh yang
mansyur kadikdayaan dan memiliki kekuatan bersenjata yang menjadi pengikut
syarif hidayat adalah Ki Depati Keling Nyimas gandasari,Nyimas pangurangan Pangeran
karang Kendal Pangeran panjunan Pangeran sukalila dan terutama mertuanya
sendiri Pangeran Cakrabuana yang menjadi Raja Cirebon dengan Gelar Sri Mangana.
Kekuatan
bersenjata dan tokoh-tokoh digdaya yang di galang Syarif Hidayat sesuhun Jati
itu menunjukan hasil yang mengejutkan sewaktu kekuatan umat islam Cirebon di
serbu oleh pasukan rajagaluh,yang berahir kemenagan oleh pihak Cirebon.dengan
takluknya rajagaluh dakwah islam kemudian berkembang pesat di bekas wilayah
yang takluk tersebut.sebab,ttakluknya prbu Cakraningrat raja kerajaan rajagaluh
oleh pangeran karang kendal yang di bantu Raja Cirebon Sri Mangana,telah
melemahkan mental pasukan tempur raja galuh.Akibatnya bukan hanya keluarga raja
dan para pejabat tinggi raja galuh yang memeluk islam melainkan rakyat dari
berbagai penjuru negri raja galuh pun beramai-ramai memeluk
islam.
Setelah Rajagaluh
takluk dan Raja Prabu Cakraningrat di kisahkan menghilang tak di ketahui kemana
larinya.
Sumur Kejayaan.patilasan Pangeran Cakrabuana
Bangunan Siti Hinggil Keraton Pakungwati yang
masih utuh yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1430 M di
Cirebon, Jawa Barat
|
Keberhasilah
Syarif Hidayat dalam menegakkan Kekuatan Islam di Cirebon dan banten, memberikan
tidak saja keleluasaan dakwah Islam di bumi Sunda melainkan telah menjadikan Keraton
sebagai pusat kesenian dan kebudayaan yang bernuansakan Agama sehingga menjadi
gerakan dakwah Islam dengan cepat meluas hingga ke seluruh pelosok wilayah
pasundan.
Dan
dengan semakin kuatnya kekuasaan keraton Cirebon dan Banten yang gencar
menyebarkan dakwah Islam sisa-sisa kekuasaan Raja sunda semakin lama semakin
lemah.di mana dalam era Sultan Maulana Yusuf cucu Syarif Hidayat Sunan Gunung Jati
menaiki tahta Banten.di lakukan penuntasan penaklukan atas sisa-sisa kekuasaan
kerajaan Pajajaran pada Tahun 1575 masehi.
Demikianlah
melalui Keraton Cirebon dan Banten berbagai gerakan dakwah melalui pengembangan
seni dan budaya di lakukan secara persuasif dan sistematis di mana unsur-unsur Hindu-Budha
lama tidak di hilangkan melainkan di padukan secara harmonis dengan ajaran
islam yang menjadikan Islam di anut oleh hampir seluruh penduduk bumi pasundan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar