Menu

Jumat, 27 Maret 2015

Sunan Giri



Sunan Giri (Raden Paku / Ainul Yaqien)
 Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan,murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal
ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
Wali songo yang bergelar prabu satmata ini makamnya terletak di sebuah bukit di dusun kedhaton,desa giri gajah, kecamatan kebomas, kabupaten gresik. Komplek pemakaman ini berada di daerah pedataran tinggi yang bertingkat tiga dengan bagian belakang paling tinggi.pintu gerbang yang masuk ke area pemakaman pada tingkat pertama ini di tandai gapura berbentuk candi bentar dengan undak-undakan berpipih menunjukan angka 1428 saka(1506 masehi) yakitu tahun di bangunya pintu gerbang tersebut utuk masuk ke area tingkat ke dua yang sama dengan pintu gerbang yang pertama.pada area tingkat ke tiga,terdapat pintu gerbang berbentuk paduraksa,di area ketiga ini terletak sebuah cangkup(bangunan kuburan) yang berisi makam sunan giri beserta istri.
Sunan Giri adalah raja sekaligus guru suci(panditha ratu) yang memiliki perang penting dalam pengembangan dakwah islam di nusantara.swjarah dakwah islam di nusantara mencatat,jejak-jejak dakwah sunan giri dan keturunanya tidak saja sampai banjar kalimantan selatan,kutai di Kalimantan Timur dan Gowa di Sulawesi Selatan tetapi juga mencapai Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku.

Sejak peruh kedua abad ke 14 gresik sudah di huni orang-orang cina yang menamai daerah tersebut dengan sebutan "ce-cun" yang secara harfiah bermakna "desa kakus-kakus", nama aneh itu di gunakan orang cina yang mengacaukan bentuk halus bahasa jawa (kromo) untuk gresik. Menurut serat "walisana" asal usul Sunan Giri di lukiskan dalam tembang langgam pucung v bait 20-25 antaranya sebagai berikut :"nateng blambangan prabu saddmudo wewengi rimangkana kataman sungkawa dahat marma tyas duh margi sking putrinipun nandang gerang barang" dan seterusnya

Berbeda dengan sumber babad tanah jawi yang menyebut nama ayah Sunan Giri dengan nama Maulana Isqak serat walisana menyebutkan namanya Syahid Yakup yang di beri gelar pengeran Raden Wali Lanang nama Ibu Sunan Giri yang menurut babad tanah jawi adalah Dewi Sekardadu, dalam serat walisana namanya Retno Sabodi begitu juga nama kekek Sunan Giri pihak Ibu di babad tanah jawi di sebut Prabu Menak Sembuyu di serat walisana di sebut Prabu Sadmuddha. Meski terdapat perbedaan nama tokoh baik babad tanah jawi maupun walisana memiliki alur cerita yang sama bahwa dari pihak ibu Sunan Giri keturunan Raja Blambangan bahkan nama Giri yang di gunakan untuk kediamanya yang terletak di wilayah Gresik memiliki hubungan dengan nama Ibukota Blambangan saat itu. Giri(sekarang nama kecamatan giri di kota Banyuwangi).

Sumber "babad tanah jawi" dan "walisana" menunjuk bahwa usaha dakwah yang di lakukan Maulana Ishak yang di kirim Sunan Ampel ke Blambangan mengalami kegagalan sebab Maulana Ishak alias Syaikh Wali Lanang di usir oleh mertuanya yang marah ketika di minta memeluk islam dan meninggalkan agamanya yang lama. Maulana Ishak pergi meninggalkan istrinya yang hamil tua, merana di tinggal suami Retno Sabodi meninggal setelah melahirkan anak laki-laki.dikisahkan saat itu terjadi wabah besar melanda Blambangan Raja Blambangan menduga wabah itu berhubungan dengan kelahiran bayi laki-laki putra Maulana Ishak. Ahirnya bayi laki-laki itu di letakkan di dalam peti dan di hanyutkan ke tengah laut dan kemudian peti itu tersangkut di kapal milik Nyai Pinatih yang sedang berlayar ke bali.
                                               Kolam wudhu kuno,peninggalan Sunan Giri
Nyai Pinatih adalah seorang janda kaya raya di Gresik bersuami Koja Mahdum Syahbandar seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama kestria manggis di Bali yang merupakan keturunan penguasa lumajang,"menak koncar" salah seorang keluaraga maharaja majapahit yang awal sekali masuk Islam.

Bayi yang tersangkut di kapal itu di ambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat, karena di temukan di laut,maka bayi itu danamakan jaka samudra. Setelah cukup umur Jaka Samudra di kirim ke Ampeldenta untuk berguru kepada Sunan Ampel menurut :
"babad tanah jawi" sesuai pesanan Maulana Ishak oleh Sunan Ampel Jaka Samudra di ganti menjadi Raden Paku.
Selama berguru di ampeldenta Raden Paku berkawan akrab dengan Raden Mahdum Ibrahim putra gurunya yang kelak menjadi Sunan Bonang didalam "babad tanah jawi" di kisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji, namun keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak ayah kandung Raden Paku keduanya di beri pelajaran tentang barbagai macam ilmu keislaman.
Di dalam "babad tanah jawi" atas saran Maulana Ishak keinginan Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim untuk pergi ke Mekah di batalkan dan kembali ke Jawa yang lebih membutukan mereka untuk dakwah Islam, dalam perjalanan ke Jawa Raden Paku di bekali segumpal tanah dan dua orang abdi bernama Sayikh Koja dan Sayikh Grigis, sesampai di Jawa Raden Paku mencari tempat yang tanahnya sama dengan tanah yang di bawakan dari malaka teryata tempat itu di atas bukit yang di sebut Giri, Raden Paku kemudian membangun Masjid di perbukitan itu dan kemudian berdakwah menyebarkan Agama Islam dari tempat itu sebabnya Raden Paku kemudian di juluki Sunan Giri yang mengandung makna"susuhunan" (guru suci) yang tinggal di perbukitan Giri.
                                        Situs giri kedaton
Dakwah yang di garap Sunan Giri adalah pendidikan dalam usaha dakwah lewat pendidikan Sunan Giri tidak sekedar mengembangkan sistem pesantren yang di ikuti santri-santri dari berbagai daerah mulai Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, Makasar, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Tidore, dan hitu melainkan pengembanngan pola sistem pendidikan masyarakat yang terbuka dengan menciptakan berbagai jenis permainan anak-anak seoerti: "jelungan,jamuran,gendi gerit" dan tembang-tembang permainan anak-anak seperti "padang bulan,jor,gula ganti,cublak-cublak suweng" bahkan Sunan Giri di ketahui menciptakan beberapa tembang tengahan dengan metrum asmaradana dan pucung yang sangat di gemari masyarakat karena berisi ajaran rohani yang tinggi.
Sunan Giri tidak segan mendatangi masyarakat dan menyampaikan ajaran Islam di bawah empat mata. Setelah keadaan memungkinkan,di kumpulkanlah masyarakat sekitarnya dengan keramaian misalnya selamatan dan upacara-upacara,lalu di masukan ajaran Islam sehingga suasana lingkungan lambat laun dan dengan cara-cara yang lunak mengikuti ajaran islam yang di terima sebagai kewajaran.
kapi menda,wayang ciptaan sunan giri.
Tokoh anggota wali songo yang bernama pribadi Raden Paku atau Jaka Samudra itu bukan saja seorang ulama penyebar agama islam,melainkan juga seorang penguasa politik di wilayahnya.kedudukan ganda Sunan Giri ini,oleh sunan ampel di sebut sebagai" Noto" dan "Pandito" atau yang lazim di gunakan masyarakat dewasa itu dengan sebutan"pandito ratu" dengan kedudukan ganda sebagai kerohaniwan(pandito) sekaligus Raja(ratu).


Usaha dakwah islam yang dilakukan sunan giri jauh lebih luas dan lebih leluasa di banding jika sunan giri hanya berkedudukan sebagai rohaniwan saja.puncak kejayaan giri di tandai dengan naiknya cucu sunan giri bernama Pangeran pratikha yang masyur di sebut sunan Giri prapen. Sebab saat itu tidak sekedar memperbaiki memperbesar Kedhaton dan Masjid Giri serta makam Prabu Satmata, dakwah islampun di kembangkan sampai ke kota Gowa Sumbawa Bima bahkan ke Maluku, meski tindakan-tindakan besar dalam dakwah di lakukan Sunan Giri prapen, keagungan, kehormatan, kemuliaan dan kewibawaan rohani tetap di berikan kepada Sunan Giri Prabu Satmata yang sampai saat ini makamnya di jadikan tempat peziarah oleh umat Islam.

Tidak ada komentar :