Sunan Ampel (Raden Rachmad)
Sunan
Ampel bernama asli Raden Rachmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut
riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainudin Al-Akbar. Sunan Ampel umumnya dianggap
sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Sunan Ampel
yang makamnya terletak di kampung ampel, kota surabaya adalah anggota wali songo
tertua
yang memiliki peranan besar dalam pengembangan dakwah islam di jawa dan tempat lain di nusantara ini.dalam historiografi lokal di tuturkan bahwa Raden Rachmad datang ke jawa bersama sodara tuanya yang bernama Ali Musada.dan sodara sepupunya yang bernama Raden Burereh(Abu Hurairah).
yang memiliki peranan besar dalam pengembangan dakwah islam di jawa dan tempat lain di nusantara ini.dalam historiografi lokal di tuturkan bahwa Raden Rachmad datang ke jawa bersama sodara tuanya yang bernama Ali Musada.dan sodara sepupunya yang bernama Raden Burereh(Abu Hurairah).
Makam Sunan Ampel
Menurut sejarah dan dakwa islamiah Sunan Giri 1975, Imam Rahmatullah
bersama ayahnya datang ke jawa dengan tujuan dakwah Islamiyah di sertai
sodaranya yang bernama Ali Mortadho dan kawannya bernama Abu Hurairah putra
Raja Champa.
Mereka mendarat di tuban setelah tinggal di
tuban beberapa lama sampai ayahnya meninggal wafat, Imam Rahmatullah berangkat ke Majapahit
menemui bibinya yang di nikahi Raja Majapahit yang masih beragama Budha. Menurut
sejarah banten 1983, di kisahkan bahwa Raden Rahmat ketika dewasa mendengar
peperangan di jawa.dengan tiga orang pandita muda(Ulama muda) lainya, burereh, sah salim dan saudaranya yang tidak di
sebutkan namanya, Raden Rachmad berangkat ke jawa, Champa di runtuhkan oleh
seorang kafir sanggora.
Kedatangan Sunan Ampel di Majapahit di
perkirakan terjadi awal dasawarsa ke empat abad ke-15, yakni saat Arya Damar
sudah menjadi Adipati Palembang sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa
sebalum ke jawa, Raden Rachmad telah singgah ke Palembang.
Masjid Agung Ampel
|
Menurut kitab babad Ngampeldenta, menuturkan bahwa pengangkatan resmi Raden Rahmad sebagai imam di Surabaya dengan gelar Sunan dan kedudukan wali di Ngempeldenta di lakukan oleh Raja Majapahit, dengan demikian Raden Rachmad lebih
dikenal dengan sebutan Sunan Ngampel.
Gerakan
dakwah Sunan Ampel.
Berdakwah
adalah tugas seorang muslim.itu sebabnya,tidak peduli apakan seorang muslim
berkedudukan sebagai pedagang, tukang petani, nelayan, pejabat atau raja sekalipun
memiliki kewajiban utama untuk menyampaikan.
Didalam babad tanah jawi di gambarkan bahwa
selain mengajarkan membaca Alquran Raden Rachmad juga mengajari mereka
kitab-kitab tentang ilmu syariat, tarekat dan ilmu hakikat, baik lafal maupun
makna. Raden Rachmad di gambarkan mencotohkan kehidupan yang zuhud dengan
melakukan riyadoh ketat, dalam babad tanah jawi mengambarkan amaliah rohani
sebagai berikut:
Ora dahar ora guling,anyegah ing hawa, ora sare ing wingine,ngibadah paring pangeran,fardu sunat tan ketinggal,sarwo nyegah haram makruh,tawujuhe muji ing Allah.
(tidak makan tidak tidur,mencegah hawa nafsu,tidak tidur malam untuk beribadah kepada tuhan,fardhu dan sunah tak ketinggalan,serta mencegah yang haram maupun yang makruh,tawujud memuji allah).
Pengaruh
champa di wilayah dakwah Sunan Ampel.
Tokoh Raden
Rachmad yang mansyur di sebut Sunan Ampel berasal dari negri champa. Sebab itu
jejak-jejak tradisi keagamaan Champa muslim sampai saat ini terlihat pada
tredisi keagamaan yang di jalankan masyarakat muslim tradisional di pesisir
utara jawa, yang menjadi wilayah dakwah Sunan Ampel. Seperti yang sudah di
singgung di muka, bahwa dalam tradisi keagamaan orang-orang majapahit mengenal
upacara orang mati yang di sebut sraddha, yakni upacara meruwat arwah yang
dilakukan duabelas tahun setelah kematian seseorang.
Setelah
kedatangan para penyebar Islam Champa yang dipelopori Sunan Ampel, penduduk Majapahit mulai mengenal tradisi keagamaan, kenduri dan memperingati kematian
seseorang pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, ke 1000 yang jelas-jelas merupakan
tradisi keagamaan yang di bawa kaum muslim Champa. Demikian juga dengan perayaan
1 dan 10 syuro dengan penandaan dengan bubur syuro, tradisi rebo wekasan atau
arba al akhir di bulan safar, tradisi niffsu syaban, larangan menyelenggarakan
hajat menikahkan keluarga, mengkithankan anak dan pindah rumah pada bulan syuro, pembacaan
kasidah-kasidah yang memuji nabi muhammad saw dan ahlul bait si,iran pujian
kepada alibin abu tholib dan keturunanya.
Pintu Masuk makam-Sunan-Ampel
Wirid-wirid yang di amalkan oleh kalangan muslim jawa adalah pengaruh tradisi
keagamaan Champa. Bahkan istilah kenduri jelas menunjuk kepada syiah karena
istilah itu di pungut dari bahasa persia. Kenduri,,yakni upacara makan-makan di
persia untuk memperingati Fatimah az zahra, putri nabi Muhammad saw.
Pengaruh
dakwah Sunan Ampel beserta putranya, saudara, menantu, murid, kerabat dlsb tersebar
di berbagai tempat dan tidak di ragukan lagi telah memberikan kontribusi tidak
kecil bagi terjadinya perbahan religius pada masyarakat yang sebelumya
mengikuti adat dan tradisi keagamaan majapahit yang terpengaruh hindu budha dan
kapitayan. Dalam kebiasan hidup sehari-hari, misalnya orang-orang Champa lazim
memanggil ibunya dengan sebutan mak. Sedangkan orang majapahit menyebutnya ibu
dengan sebutan ina atau ra-ina atau ibu, di daerah surabaya dan sekitarnya
tempat Sunan Ampel menjadi raja, penduduk memanggil ibunya dengan sebutan
mak,kebiasaan memanggil mak, kebiasaan memanggil mak itu berlaku juga di daerah
mojokerto, jombang, kediri, nganjuk, yang kemungkinan di sebarrkan oleh Abu Hurairah, sepupu Sunan Ampel yang tinggal di Wirasaba (Mojoagung).
Sebutan
itu berkembang pula di sepanjang pantai utara jawa yang kemungkinan di sebarkan
oleh Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati yang merupakan putra, menantu, kemenakan, dan
murid-murid Sunan Ampel. Bahkan belakangan sebutan mak, lazim di gunakan orang
pesisir utara jawa hingga ke daerah jawa barat.
Pengaruh kebiasaan champa yang lain,terlihat pula dalam acara orang memanggil kakaknya atau orang yang di anggap lebih tua.orang-orang champa lazim menggunakan sebutan kak atau kang. sedangkan orang-orang majapahit, memanggil kakaknya dengan sebutan raka.orang-orang champa memanggil adiknya dengan sebutan adhy, sedangkan orang-orang majapahit memanggil adik dengan sebutan rayi. Orang-orang Champa menyebut anak laki-laki kecil dengan sebutan kachoa atau kachong, sedangkan orang-orang majapahit menyebutnya rare.
Dari satu
sisi in saja,sudah bisa kita ketehui seberapa jauh pengaruh tradisi
keagamaan dan sistem sosial champa muslim terhadap perubahan religius die
wilayah majapahit yang di sebarkan dalam era wali songo.yang di motori sunan ampel.pengaruh champa muslim tampak juga mempengaruhi ranah kepercayaan masyarakat jawa terhadap alam gaib dan takhayul.kepercayaan orang-orang majapahit terhadap makluk-makluk halus meliputi kepercayaan kepada adanya makluk-makluk setengah dewa seperti: yhaksa, raksasa, pisaca, pretasura, gandharwa, bhuta, sang manggawe kedaton dan lain sebagainya.
wilayah majapahit yang di sebarkan dalam era wali songo.yang di motori sunan ampel.pengaruh champa muslim tampak juga mempengaruhi ranah kepercayaan masyarakat jawa terhadap alam gaib dan takhayul.kepercayaan orang-orang majapahit terhadap makluk-makluk halus meliputi kepercayaan kepada adanya makluk-makluk setengah dewa seperti: yhaksa, raksasa, pisaca, pretasura, gandharwa, bhuta, sang manggawe kedaton dan lain sebagainya.
Sementara
itu orang-orang Champa mempercayai berbagai jenis makluk halus seperti: gandrawo,
kalong wewe, kuntilanak, pocong, tuyul, kalap, siluman, jin islam, hantu
penunggu pohon, arwah penasaran dlsb. Orang Champa menyebut harimau dengan
sebutan "yang" atau "ong" yang bermakna "kakek" dan
sebagainya. Dan fakta sejarah kemudian, menunjuk bahwa fakta kepercayaan Champa
itulah yang kemudian menjadi arus utama dari sistem kepercayaan penduduk muslim
jawa pasca Majapahit terhadap takhayul sampai saat ini.
Sekalipun pada usia senjanya Sunan Ampel sudah menjadi tokoh yang sangat di hormati oleh masyarakat sebagai sesepuh Wali Songo.namun tidak ada keseragaman yang mencatat kapan tokoh asli Champa itu meninggal dunia."babad ing gresik" menetapkan wafat Sunan Ampel dengan cendrasengkala berbunyi "ngulama ngampel lena masjid" yang selain mengandung makna"ulama ampel wafat di masjid" juga mengandung nilai angka 1401 saka yang jika di konfensi ke tahun masehi adalah tahun 1479 masehi. Meski tidak ada kepastian kapan tepatnya Sunan Ampel wafat, namun yang makamnya yang terletak di samping Masjid Agung Ampel di jadika pusat peziarah umat Islam di seluruh nusantara.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar