Menu

Jumat, 27 Maret 2015

Sunan Ampel



Sunan Ampel (Raden Rachmad)












Sunan Ampel bernama asli Raden Rachmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainudin Al-Akbar. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Sunan Ampel yang makamnya terletak di kampung ampel, kota surabaya adalah anggota wali songo tertua
yang memiliki peranan besar dalam pengembangan dakwah islam di jawa dan tempat lain di nusantara ini.dalam historiografi lokal di tuturkan bahwa Raden Rachmad datang ke jawa bersama sodara tuanya yang bernama Ali Musada.dan sodara sepupunya yang bernama Raden Burereh(Abu Hurairah).

                 Makam Sunan Ampel      
Menurut sejarah dan dakwa islamiah Sunan Giri 1975, Imam Rahmatullah bersama ayahnya datang ke jawa dengan tujuan dakwah Islamiyah di sertai sodaranya yang bernama Ali Mortadho dan kawannya bernama Abu Hurairah putra Raja Champa.

Mereka mendarat di tuban setelah tinggal di tuban beberapa lama sampai ayahnya meninggal wafat, Imam Rahmatullah berangkat ke Majapahit menemui bibinya yang di nikahi Raja Majapahit yang masih beragama Budha. Menurut sejarah banten 1983, di kisahkan bahwa Raden Rahmat ketika dewasa mendengar peperangan di jawa.dengan tiga orang pandita muda(Ulama muda) lainya, burereh, sah salim dan saudaranya yang tidak di sebutkan namanya, Raden Rachmad berangkat ke jawa, Champa di runtuhkan oleh seorang kafir sanggora. 
Kedatangan Sunan Ampel di Majapahit di perkirakan terjadi awal dasawarsa ke empat abad ke-15, yakni saat Arya Damar sudah menjadi Adipati Palembang sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa sebalum ke jawa, Raden Rachmad telah singgah ke Palembang.

Masjid Agung Ampel
Menurut kitab babad Ngampeldenta, menuturkan bahwa pengangkatan resmi Raden Rahmad sebagai imam di Surabaya  dengan gelar Sunan dan kedudukan wali di Ngempeldenta di lakukan oleh Raja Majapahit, dengan demikian Raden Rachmad lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ngampel.

Gerakan dakwah Sunan Ampel.

Berdakwah adalah tugas seorang muslim.itu sebabnya,tidak peduli apakan seorang muslim berkedudukan sebagai pedagang, tukang petani, nelayan, pejabat atau raja sekalipun memiliki kewajiban utama untuk menyampaikan.

Didalam babad tanah jawi di gambarkan bahwa selain mengajarkan membaca Alquran Raden Rachmad juga mengajari mereka kitab-kitab tentang ilmu syariat, tarekat dan ilmu hakikat, baik lafal maupun makna. Raden Rachmad di gambarkan mencotohkan kehidupan yang zuhud dengan melakukan riyadoh ketat, dalam babad tanah jawi mengambarkan amaliah rohani sebagai berikut:

Ora dahar ora guling,anyegah ing hawa, ora sare ing wingine,ngibadah paring pangeran,fardu sunat tan ketinggal,sarwo nyegah haram makruh,tawujuhe muji ing Allah.

(tidak makan tidak tidur,mencegah hawa nafsu,tidak tidur malam untuk beribadah kepada tuhan,fardhu dan sunah tak ketinggalan,serta mencegah yang haram maupun yang makruh,tawujud memuji allah).

Pengaruh champa di wilayah dakwah Sunan Ampel.

Tokoh Raden Rachmad yang mansyur di sebut Sunan Ampel berasal dari negri champa. Sebab itu jejak-jejak tradisi keagamaan Champa muslim sampai saat ini terlihat pada tredisi keagamaan yang di jalankan masyarakat muslim tradisional di pesisir utara jawa, yang menjadi wilayah dakwah Sunan Ampel. Seperti yang sudah di singgung di muka, bahwa dalam tradisi keagamaan orang-orang majapahit mengenal upacara orang mati yang di sebut sraddha, yakni upacara meruwat arwah yang dilakukan duabelas tahun setelah kematian seseorang.

Setelah kedatangan para penyebar Islam Champa yang dipelopori Sunan Ampel, penduduk Majapahit mulai mengenal tradisi keagamaan, kenduri dan memperingati kematian seseorang pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, ke 1000 yang jelas-jelas merupakan tradisi keagamaan yang di bawa kaum muslim Champa. Demikian juga dengan perayaan 1 dan 10 syuro dengan penandaan dengan bubur syuro, tradisi rebo wekasan atau arba al akhir di bulan safar, tradisi niffsu syaban, larangan menyelenggarakan hajat menikahkan keluarga, mengkithankan anak dan pindah rumah pada bulan syuro, pembacaan kasidah-kasidah yang memuji nabi muhammad saw dan ahlul bait si,iran pujian kepada alibin abu tholib dan keturunanya.







Pintu Masuk makam-Sunan-Ampel
 
Wirid-wirid yang di amalkan oleh kalangan muslim jawa adalah pengaruh tradisi keagamaan Champa. Bahkan istilah kenduri jelas menunjuk kepada syiah karena istilah itu di pungut dari bahasa persia. Kenduri,,yakni upacara makan-makan di persia untuk memperingati Fatimah az zahra, putri nabi Muhammad saw.

Pengaruh dakwah Sunan Ampel beserta putranya, saudara, menantu, murid, kerabat dlsb tersebar di berbagai tempat dan tidak di ragukan lagi telah memberikan kontribusi tidak kecil bagi terjadinya perbahan religius pada masyarakat yang sebelumya mengikuti adat dan tradisi keagamaan majapahit yang terpengaruh hindu budha dan kapitayan. Dalam kebiasan hidup sehari-hari, misalnya orang-orang Champa lazim memanggil ibunya dengan sebutan mak. Sedangkan orang majapahit menyebutnya ibu dengan sebutan ina atau ra-ina atau ibu, di daerah surabaya dan sekitarnya tempat Sunan Ampel menjadi raja, penduduk memanggil ibunya dengan sebutan mak,kebiasaan memanggil mak, kebiasaan memanggil mak itu berlaku juga di daerah mojokerto, jombang, kediri, nganjuk, yang kemungkinan di sebarrkan oleh Abu Hurairah, sepupu Sunan Ampel yang tinggal di Wirasaba (Mojoagung).

Sebutan itu berkembang pula di sepanjang pantai utara jawa yang kemungkinan di sebarkan oleh Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati yang merupakan putra, menantu, kemenakan, dan murid-murid Sunan Ampel. Bahkan belakangan sebutan mak, lazim di gunakan orang pesisir utara jawa hingga ke daerah jawa barat.

Pengaruh kebiasaan champa yang lain,terlihat pula dalam acara orang memanggil kakaknya atau orang yang di anggap lebih tua.orang-orang champa lazim menggunakan sebutan kak atau kang. sedangkan orang-orang majapahit, memanggil kakaknya dengan sebutan raka.orang-orang champa memanggil adiknya dengan sebutan adhy, sedangkan orang-orang majapahit memanggil adik dengan sebutan rayi. Orang-orang Champa menyebut anak laki-laki kecil dengan sebutan kachoa atau kachong, sedangkan orang-orang majapahit menyebutnya rare.

Dari satu sisi in saja,sudah bisa kita ketehui seberapa jauh pengaruh tradisi  keagamaan dan sistem sosial champa muslim terhadap perubahan religius die
wilayah majapahit yang di sebarkan dalam era wali songo.yang di motori sunan ampel.pengaruh champa muslim tampak juga mempengaruhi ranah kepercayaan masyarakat jawa terhadap alam gaib dan takhayul.kepercayaan orang-orang majapahit terhadap makluk-makluk halus meliputi kepercayaan kepada adanya makluk-makluk setengah dewa seperti: yhaksa, raksasa, pisaca, pretasura, gandharwa, bhuta, sang manggawe kedaton dan lain sebagainya.
Sementara itu orang-orang Champa mempercayai berbagai jenis makluk halus seperti: gandrawo, kalong wewe, kuntilanak, pocong, tuyul, kalap, siluman, jin islam, hantu penunggu pohon, arwah penasaran dlsb. Orang Champa menyebut harimau dengan sebutan "yang" atau "ong" yang bermakna "kakek" dan sebagainya. Dan fakta sejarah kemudian, menunjuk bahwa fakta kepercayaan Champa itulah yang kemudian menjadi arus utama dari sistem kepercayaan penduduk muslim jawa pasca Majapahit terhadap takhayul sampai saat ini.

Sekalipun pada usia senjanya Sunan Ampel sudah menjadi tokoh yang sangat di hormati oleh masyarakat sebagai sesepuh Wali Songo.namun tidak ada keseragaman yang mencatat kapan tokoh asli Champa itu meninggal dunia."babad ing gresik" menetapkan wafat Sunan Ampel dengan cendrasengkala berbunyi "ngulama ngampel lena masjid" yang selain mengandung makna"ulama ampel wafat di masjid" juga mengandung nilai angka 1401 saka yang jika di konfensi ke tahun masehi adalah tahun 1479 masehi. Meski tidak ada kepastian kapan tepatnya Sunan Ampel wafat, namun yang makamnya yang terletak di samping Masjid Agung Ampel di jadika pusat peziarah umat Islam di seluruh nusantara.

Tidak ada komentar :